Investigasitimes.com, Koltim – Persidangan kasus kematian tragis MA, anak berusia 10 tahun dari Desa Wundubite, Kecamatan Poli-polia, Kabupaten Kolaka Timur telah mencapai babak akhir.
Palu sidang telah diketuk, terdakwa pembunuhan yang masih berusia 18 tahun telah dijatuhi vonis penjara selama 10 tahun. Hukuman ini, lebih diatas daripada tuntutan jaksa terhadap terdakwa yakni 7,5 tahun.
Meski keadilan telah selesai ditegakkan oleh majelis hakim, namun, luka yang menganga di hati keluarga korban masih terasa perih.
Usai sidang, puluhan orang dengan hati yang hancur, mendatangi tempat di mana pelaku mendekam yakni Rutan Kolaka kelas II B.
Amarah dan kesedihan bercampur aduk, menciptakan suasana yang mencekam.
Di tengah kekalutan itu, sebagai pengawal dan pengaman persidangan kasus kekerasan anak yang menggemparkan ini, Ipda Sudirman SH menjalankan tugasnya dengan penuh rasa tanggung jawab.
Ia (Sudirman) menghimbau kepada keluarga MA agar menjauh dari tindakan anarkis yang justru dapat merugikan.
Di depan rutan itu, air mata tumpah, amarah bergejolak. Sudirman dan timnya bukan hanya hadir untuk mengamankan, tetapi juga menenangkan.
Saat Baharuddin, ayahanda MA (10), tak kuasa menahan kesedihan, Sudirman mendekat.
Dengan penuh kehangatan, ia merangkul Baharuddin dan mempersilahkan bersandar di pundaknya.
Di pundak seorang Bhayangkara itulah, seorang ayah menangis, meluapkan segala kepedihan yang selama ini dipendamnya.
Dan ketika itu, Sudirman bukan lagi sekedar aparat penegak hukum. Ia adalah seorang ayah, atau seorang anak yang merasakan kepedihan yang sama.
Momen itu menyebar dengan cepat dan menjadi viral di media sosial (medsos). Banyak warganet (netizen) yang tersentuh dengan ketulusan dan empati yang diperlihatkan oleh Sudirman.
Di tengah citra polisi yang seringkali dianggap kaku, Sudirman hadir sebagai sosok humanis sekaligus membuktikan bahwa di balik seragam dan pangkat, ada hati yang berdetak merespon penderitaan sesama.
Sudirman pula bisa menjadi pengingat, bahwa keadilan bukan hanya tentang hukuman, tapi juga tentang kemanusiaan, tentang memberikan ruang bagi luka untuk disembuhkan. Bahwa di pundak seorang Bhayangkara, luka bisa menemukan kedamaian.
Ipda Sudirman merupakan personil Polres Kolaka Timur yang menjabat sebagai Kepala Bagian Operasional Satuan Samapta Polres Kolaka Timur.
Kisah tentang air mata seorang ayah di pundaknya akan terus dikenang.