Aspal “Istimewa” Lorong Tasahea Tuai Kritik

  • Whatsapp

Investigasitimes.com, Koltim – Tahun 2025 ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) mengalokasikan anggaran pengaspalan untuk ruas Rate-rate-Desa Tasahea, Kecamatan Tirawuta. Nilainya mencapai Rp.4,4 miliar.

Dari data yang tertera dalam papan informasi, bahwa proyek pengaspalan tersebut dikerjakan sejak 15 April 2025. Waktu untuk pelaksanaannya tercatat hingga 120 hari kalender.

Untuk sumber pendanaan proyek berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU). Dan, pada papan informasi begitu jelas tertera, bahwa pekerjaan pengaspalan ini dilaksanakan oleh PT. Mekongga Mitra Mandiri (pemenang lelang).

Sesuai hasil penelusuran melalui mesin pencarian google disebutkan PT. Mekongga Mitra Mandiri merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pelaksanaan dan tergabung dalam Asosiasi Gapensi (Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia). Yang beralamatkan di Kota Kendari tepatnya di Jl. Sorumba No. 168, Kelurahan Bonggoeya, Kecamatan Wua-Wua, Kota Kendari.

Kehadiran proyek pengaspalan di jalur Desa Tasahea ini tentu menjadi sebuah kesenangan bagi masyarakat setempat. Apalagi memang selama ini, akses mereka untuk keluar menuju jalur poros Rate-rate tersebut memang belum diaspal.

Namun disisi lain, kehadiran proyek di Desa Tasahea itu justeru dianggap ganjal, sebab dikerjakan hanya untuk sebuah lorong.

Salah seorang tokoh masyarakat, H.Amir menilai, kehadiran proyek pengaspalan lorong Tasahea terbilang lucu. Sebab banyak jalur areal kabupaten (yang menghubungkan antar kecamatan) yang juga membutuhkan pengaspalan.

“Apa asas manfaatnya disitu (lorong Tasahea). Kenapa justeru bukan Gunung Jaya (sebuah Desa di Kecamatan Dangia) menuju Desa Wia-Wia (sebuah Desa di Kecamatan Poli-polia). Itu jalan kabupaten lho. Wah…ini sudah tidak benar Bupati kalau sudah begini.Kok mentang-mentang ajudannya, dikasikan aspal di muka rumahnya (lorong Tasahea, lorong dimana salah seorang ajudan Bupati berdomisili),” ucap H. Amir bernada prihatin seperti dalam video tiktok yang diperoleh wartawan media ini.

Video tiktok berisi ungkapan hati dari H. Amir telah viral beberapa hari.

H. Amir mengharapkan, agar ungkapan hati yang dituangkan dalam video itu dapat dilihat oleh Gubernur Sulawesi Tenggara maupun kepada pihak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sekaligus sekiranya dapat untuk dipertanyakan mengenai rumusan yang digunakan sampai-sampai ada pengaspalan lorong masuk menuju rumah ajudan Bupati.

Harapan lain dari seorang H. Amir adalah agar anggota DPRD Koltim yang menjadi perwakilan rakyat agar tidak berdiam diri saja alias bobok (tidur). Sebab menurut H.Amir, tidaklah benar bagi DPRD (mungkin dalam menjalankan fungsi pengawasannya) jika tak mengkritisi proyek pengaspalan lorong tersebut. Apalagi, anggaran yang dipergunakan dalam proyek pengaspalan bukanlah uang bupati atau ajudan bupati, melainkan uang masyarakat yang diperoleh dari pembayaran pajak.

Sebelum mengakhiri videonya, H. Amir mengingatkan kepada Bupati Koltim, Abdul Azis dan Ketua Komisi III DPRD Koltim, Irwansyah agar tidak asbun (asal bunyi).

“Bunyi kesana,bunyi kesini. Ada program-program dari komisi III (pengaspalan) kenapa harus di lorong. Coba pak doktor Irwansyah itu jalan-jalan dari Wia-wia ke Gunung Jaya, perihatin sekali kita lihat itu di Wia-wia. Polemaju ke Wia-wia itu. Perihatin kita lihat. Berapa kecamatan lewat disitu (Lambandia,Aere,Dangia, Poli-polia dan Ladongi),”

“Terus lorong Tasahea, siapa yang lewat disitu. Lorong buntu disitu. Masa jalan buntu dikasi masuk (pengaspalan), masa jalan utama tidak dibangun antara Polemaju,Wia-wia ke Gunung Jaya. Jadi tolong kalau pak Gubernur, KPK,BPK dipanggil itu pak Azis (Bupati Koltim) ada apa sebenarnya. Jangan sampai ada main-main duit dikasi masuk disitu,mohon maaf ini. Bukan saya menuduh tapi saya berprasangka,” ucapnya.

Pengaspalan lorong Tasahea dengan anggaran miliaran memang sedikit mengherankan dan terkesan “istimewa”.
Pasalnya, tiga lorong yang paling lebih dulu dijumpai (jika kita dari arah ibukota Rate-rate) sama sekali tidak menjadi perioritas. Padahal, kondisi lorongnya seperti lorong Tasahea yakni sama-sama belum pernah tersentuh aspal.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *